Oleh: Farhan Faris metropolitan
- Rabu, 9 Mei 2012 | 01:30 WIB


INILAH.COM, Jakarta - Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan praktek black campaign bukanlah persoalan baru.

"Soal 'black campaign' yang sifatnya mengadu-domba memang sudah sejak lama kerap digunakan oleh para pihak yang terlibat dalam kontestasi politik," ujar Gun Gun melalui BlackBerry messenger, Jakarta, Selasa, (8/5/2012).

Dirinya menjelaskan, dalam perspektif komunikasi politik memang ada dua jenis kampanye yang sifatnya menyerang (attacking campaign). Pertama, kampanye negatif yaitu menyerang pihak lain melalui sejumlah data atau fakta yang bisa diverifikasi dan diperdebatkan.

Misalnya, menohok pihak 'incumbent' dari sejumlah data faktual kegagalan-kegagalan kandidat incumbent selama menjabat di periode pertama kekuasaanya. "Jenis ini boleh dan lumrah adanya," terang Gun Gun.

Sementara, untuk jenis kedua adalah kampanye hitam yang biasanya bersumber pada rumor, gosip, bahkan menjurus ke implementasi sejumlah teknik propaganda.

"Nah, jenis ini biasanya sulit sekali bisa diverifikasi apalagi diperdebatkan. Walau hal ini sangat sering dipakai, yang sesungguhnya telah melanggar aturan-aturan kampanye dan tentu saja melanggar etika selain menciderai proses literasi politik selama proses demokrasi elektoral berlangsung," tuturnya.

Menurutnya, cara-cara kampanye hitam itu tidak akan menyumbang signifikan perubahan perilaku pemilih (voting behavior) khalayak. "Terlebih di sebuah 'area pertarungan' di mana margin 'rational voter' atau pemilih rasional lumayan besar seperti di DKI Jakarta ini," kata Gun Gun kembali.[dit]


http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1859189/black-campaign-bukan-barang-baru



Leave a Reply.